Kali ini saya ingin share pengalaman saya tentang bullying dan itu merubah siapa saya dan bagaimana karakter saya. Karena setiap tindakan pembullyan ada dampak trauma psikis bagi seseorang. Dulu saya merupakan anak yang sangat senang berteman dengan siapa saja, sejak kecil saya selalu di kelilingi teman-teman layaknya anak kecil pada umurnya. Beranjak memasuki bangku SD semula dikelas satu dan kelas dua semua masih berjalan normal hingga saat berada dikelas 3 saya mulai mendapat bullyan dari kakak kelas. Mulai dari meminta uang jajan, olok-olokan bodoh karena gak pandai dalam hal olahraga sampai dipukul gagang sapu hingga patah. Hingga hal terparah yang pernah saya terima yaitu ada salah seorang walikelas yang ikut mengolok” saya karena saya sering diam di kelas dan bermain dengan 2 sahabat wanita saya. Semua teman di kelas menertawakan saya karena olokan walikelas itu. Hal yang gak sepantasnya dilakukan seorang walikelas kepada muridnya. Dendam ? sudah pasti karena pada usia tersebut saya gak bisa berbuat apa-apa selain menangis saat istirahat. Dan perlakuan yang saya terima di pendidikan SD membuat saya semakin menjdi pribadi yang sangat tertutup .
Hingga memasuki masa SMP saat itu saya harus berada di sebuah Yayasan anak yatim yang membantu mendanai sekolah saya dan saya harus memulai adaptasi dengan lingkungan dan individu baru. Butuh waktu 5 bulan bagi saya untuk membuka diri dan mengenal induvidu baru. Namun ditempat ini saya menerima perlakuan yang lebih parah dari yang pernah saya alami. Perbuatan tak senonohpun juga saya alami disini di antaranya hukuman fisik pukulan ketika saya tak menuruti perintah senior bahkan pelecehan seksual juga saya alami disini, yang menyebabkan saya harus melarikan diri dari yayasan tersebut dan kembali kerumah orang tua saya. Namun kedua orang tua gak pernah tau apa yang saya alami saat itu sehingga mereka membujuk saya untuk kembali ke tempat yang saya anggap kandang setan tersebut. Bukannya perlakuan baik yang saya terima ketika kembali, tapi salah seorang pengurus dengan amarahnya memaki saya karena saya kabur dan yang lebih parah beliau memangkas rambut saya dengan tak beraturan kalau orang jawa bilang di Plentas in atau di Plontosin. Dengan segala amarah saya langsung masuk kamar untuk mengemasi pakaian saya dan kembali kabur dan gak pernah kembali lagi. Orang tua yang melihat saya kembali dengan kondisi rambut gak beraturan pun marah dan mendukung saya untuk meninggalkan tempat tersebut . Dengan keluarnya saya dari yayasan tersebut artinya semua bantuan dana sekolah saya di stop tetapi untungnya saya tidak dikeluarkan dari sekolah. Dengan segala upaya orangtua menanggung kembali biaya sekolah saya dan untungnya saya tak pernah mendapat perlakuan bullying di lingkungan sekolah SMP saya. Hanya ada sedikit teman yang suka meminta uang jajan saja yang akhirnya saya laporkan ke guru BK.
Namun, Semua perlakuan tersebut membentuk saya menjadi pribadi yang pendendam, temperament dan dan susah beradaptasi dengan teman baru. Hingga memasuki SMA saya mulai mengenal dunia baru teman baru. Yang semula saya selalu terbayang dengan hal masal lalu tentang bullying semua berbeda, banyak teman yang merangkul untuk bergaul bersama. Hingga saya mulai bisa mempercayai orang lain tanpa ada ketakutan akan bullyan atau perlakuan kasar. Namun trauma bullying selalu menghantui dan terbayang meskipun saya berusaha untuk tidak mengingatnya. Kekawatiran akan orang lain tidak menyukai saya pun selalu terlintas di fikiran saya. Jumlah teman pun dapat dihitung dengan jari karena sikap tertutup saya. Dan berita tentang pembullyan yang marak belakangan ini membuat saya flashback akan perlakuan yang saya terima dimasa lalu. Namun beranjak dewasa karena hobby travelling saya , saya mengenal dan bertemu orang dengan berbagai karakter. Saya sadar tak semua orang memperlkukan hal tersebut kepada kita, banyak dari mereka malah welcome untuk menjadi teman bahkan saudara. Hingga sekarang saya mempunyai teman dari berbagai kota dan pulau di Indonesia. Yang semula tak pernah saya bayangkan. dari yang dulu saya hanya sebatas sekolah dan terus di rumah saya mengenal dunia luar dan belajar berbagai pengalaman ketika saya mengunjungi beberapa destinasi yang dengan kearifan lokalnya membuat saya sadar masih banyak orang baik yang saling peduli dengan sesama.
Mungkin bagi mereka yang melakukan pembullyan itu hal konyol
dan bahan lelucon tapi mereka tak pernah berfikir trauma psikis yang dialami korban
bullying dapat menghantui seumur hidup sehingga mempengaruhi karakter seseorang
dan membatasi seseorang untuk berkembang menjadi lebih baik karena krisis
kepercayaan diri. Bahkan hal lebih parah bunuh diri menjadi pilihan korban
bullying karena mereka merasa lelah dengan semua perlakuan yang dia terima. So,
buat kamu yang sedang membaca tulisan saya ini, jika anda suka dan pernah
melakukan bullying apapun alasannya, Think back !!
Pernahkah anda membayangkan jika itu anda? Atau bahkan
saudara anda?
pernahkah anda berfikir kelak orang yang pernah anda Bully bisa jadi melampaui anda? atau bahkan bisa jadi bos anda dan anda menjadi bawahannya?
It only takes one person to make a difference